STUDI KASUS : Psikoanalisa
Disebuah perumahan didaerah Kebalen ada anak kecil
perempuan yang bernama Afifah. Dia adalah seorang gadis yang lucu dan ceria,
dia hidup bersama kedua orang tuanya dan kakaknya, namun diusianya yang 7 tahun
ada kejadian yang membuatnya ini sering sekali merasa ketakutan apalagi pada
saat dekat ayahnya, karna dia sering melihat perlakuan ayahnya yang tidak
senonoh pada kedua kakanya dan juga terlebih-lebih pada ibunya. Pada saat itu
ayahnya sering sekali memukuli dengan benda tajam pun sering ia pakai untuk
menyiksa ibunya jika ibunya memiliki kesalahan. Setelah kejadian pahit yang
telah dialaminya bertahun-tahun hingga mira beranjak dewasa dengan usia
16tahun, ada banyak rasa kekecewaan hingga membuatnya sering mengalami
ketakutan yang berlebihan. Dia tidak menyangka sesosok pria yang selama ini dia
banggakan hanya dapat menyakiti seorang wanita lemah. Karna rasa sakit yang
timbul dalam hatinya mulai merasuk kedalam jiwa dan menjadikan dia traumatis
atau ketakutan yang berlebihan dibawah alam sadar akan sesuatu hal. Semenjak
kejadian itu akhirnya Afifah mulai menutup dirinya terlebih lebih pada seorang
pria .
Disaat Afifah mulai memasuki Sekolah Mengah Atas (SMA) dia mulai mempunyai
banyak teman dan salah satu teman terbaik disekolah adalah Novi. Karna saat
bersama Novi, Afifah merasakan kenyamanan yang belum pernah ia rasakan
sebelumnya. Saat bersama Novi dia bisa berbagi semua beban yang selama ini dia
pendam seorang diri. Dimata dia Novi adalah sesosok wanita yang sangat mengerti
dia saat ini dan selalu menemani dia kapan pun dia butuh namun ternyata dibalik
semua itu terjadi sesuatu hal yang tanpa ia sadari telah menyentuh hatinya
karna kenyamanan yang dia rasakan pada Novi, membuat dia menyukai Novi. Dia pun
akhirnya menikmati setiap saat bersama Novi dan semenjak kejadian itu mira
semakin hari semakin membenci pria disekeliling dia, apalagi jika pria itu
mulai menyukai dia maka dengan sinis pula dia menanggapi pria-pria yang ingin
mendekati dia, karena Afifah masih sering kali terbayang-bayang akan masa lalu
dia sehingga dia takut untuk menjalin hubungan dengan berbagai pria , dia takut
kejadian yang dialami ibunya juga kakak perempuanya terjadi pada dirinya juga.
Proses Terapi
Dalam
pandangan psikoanalisa yang menyebabkan seseorang menjadi lesbian adalah adanya
trauma dimasa lalu yang dalam perkembangan selanjutnya berpengaruh pada
kepribadian, khususnya struktur kepribadian yang terdiri dari id, ego, dan
superego. Id yang merupakan kepribadian seseorang hanya terdiri
dari id ketika dilahirkan diatur oleh asas kesenangan, bersifat tidak logis,
amoral, dan didorong oleh satu kepentingan. Ego merupakan Ego adalah
eksekutif dari kepribadian yang memerintah, mengendalikan, dan mengatur, berlaku realistis dan berpikir logis serta
merumuskan rencana-rencana tindakan bagi pemuasan kebutuhan-kebutuhan. adalah
cabang moral atau hukum dari kepribadian, kode moral bagi individu yang urusan
utamanya adalah apakah suatu tindakan baik atau buruk, benar atau salah. Superego
merepresentasikan hal yang ideal yang real dan mendorong bukan pada kesenangan
tetapi pada kesempurnaan. Dominasi
energi id yang terjadi dalam diri Afifah disebabkan oleh lemahnya energi ego
dan superego, karena pada dasarnya kemunculan perilaku menurut Freud selalu
dilatar belakangi oleh id, ego dan superego. Apabila ego dan superego yang
dimiliki Afifah tidak kuat maka dalam proses akan selalu dimenangkan oleh id
dan perilaku yang muncul akan selalu didominasi oleh tujuan tujuan untuk
memperoleh kesenangan, yang merupakan prinsip kerja id.
Dalam menjalin hubungan dengan teman
perempuannya Afifah sangat menikmati dan tanpa rasa bersalah karena rasa
bersalah telah dibuangnya, dan menurut Afifah membangun suatu hubungan yang
intens dengan teman perempuannya lebih mendapat kepuasan dan kenyamanan batin
dan lebih mengetahui titik-titik kepuasan perempuan dan kenikmatan seksual
mudah tercapai. Kondisi seperti ini, id mendominasi karena sifat id yang
instingtual mengeksternalisasikan diri melalui sebuah prinsip kenikmatan dan
kesenangan dan agar tujuan prinsip kesenangan tercapai maka id memproduksi
kesenangan yang disebut hasrat seksual. Meskipun ego sebenarnya menyangkal
untuk melindungi diri dari kenyataan yang tidak menyenangkan bahwa lawan jenis
tidak bisa memberikan kenyaman batin dan tidak bisa berkomitment namun superego
tidak bisa menghalangi impuls-impuls dari id dan tidak bisa mendorong ego yang
berprinsip realita menjadi prinsip moralistis sehingga ia melanggar aturan yang
telah ada di lingkungannya, bahwa seorang perempuan tidak boleh menyukai sesama
jenisnya. Rasa malu, bersalah dan tidak percaya diri sebenarnya bukan dibuang
tetapi direpresi dalam bawah sadarnya karena id lebih mendominasi dalam tingkah
lakunya, membutuhkan rasa nyaman dan dimengerti oleh orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar