Rabu, 22 Maret 2017

Tulisan Psikoanalisa 1



STUDI KASUS : Psikoanalisa
Disebuah perumahan didaerah Kebalen ada anak kecil perempuan yang bernama Afifah. Dia adalah seorang gadis yang lucu dan ceria, dia hidup bersama kedua orang tuanya dan kakaknya, namun diusianya yang 7 tahun ada kejadian yang membuatnya ini sering sekali merasa ketakutan apalagi pada saat dekat ayahnya, karna dia sering melihat perlakuan ayahnya yang tidak senonoh pada kedua kakanya dan juga terlebih-lebih pada ibunya. Pada saat itu ayahnya sering sekali memukuli dengan benda tajam pun sering ia pakai untuk menyiksa ibunya jika ibunya memiliki kesalahan. Setelah kejadian pahit yang telah dialaminya bertahun-tahun hingga mira beranjak dewasa dengan usia 16tahun, ada banyak rasa kekecewaan hingga membuatnya sering mengalami ketakutan yang berlebihan. Dia tidak menyangka sesosok pria yang selama ini dia banggakan hanya dapat menyakiti seorang wanita lemah. Karna rasa sakit yang timbul dalam hatinya mulai merasuk kedalam jiwa dan menjadikan dia traumatis atau ketakutan yang berlebihan dibawah alam sadar akan sesuatu hal. Semenjak kejadian itu akhirnya Afifah mulai menutup dirinya terlebih lebih pada seorang pria .
Disaat Afifah mulai memasuki  Sekolah Mengah Atas (SMA) dia mulai mempunyai banyak teman dan salah satu teman terbaik disekolah adalah Novi. Karna saat bersama Novi, Afifah merasakan kenyamanan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Saat bersama Novi dia bisa berbagi semua beban yang selama ini dia pendam seorang diri. Dimata dia Novi adalah sesosok wanita yang sangat mengerti dia saat ini dan selalu menemani dia kapan pun dia butuh namun ternyata dibalik semua itu terjadi sesuatu hal yang tanpa ia sadari telah menyentuh hatinya karna kenyamanan yang dia rasakan pada Novi, membuat dia menyukai Novi. Dia pun akhirnya menikmati setiap saat bersama Novi dan semenjak kejadian itu mira semakin hari semakin membenci pria disekeliling dia, apalagi jika pria itu mulai menyukai dia maka dengan sinis pula dia menanggapi pria-pria yang ingin mendekati dia, karena Afifah masih sering kali terbayang-bayang akan masa lalu dia sehingga dia takut untuk menjalin hubungan dengan berbagai pria , dia takut kejadian yang dialami ibunya juga kakak perempuanya terjadi pada dirinya juga.

Proses Terapi
Dalam pandangan psikoanalisa yang menyebabkan seseorang menjadi lesbian adalah adanya trauma dimasa lalu yang dalam perkembangan selanjutnya berpengaruh pada kepribadian, khususnya struktur kepribadian yang terdiri dari id, ego, dan superego. Id yang merupakan kepribadian seseorang hanya terdiri dari id ketika dilahirkan diatur oleh asas kesenangan, bersifat tidak logis, amoral, dan didorong oleh satu kepentingan. Ego merupakan Ego adalah eksekutif dari kepribadian yang memerintah, mengendalikan, dan mengatur,  berlaku realistis dan berpikir logis serta merumuskan rencana-rencana tindakan bagi pemuasan kebutuhan-kebutuhan. adalah cabang moral atau hukum dari kepribadian, kode moral bagi individu yang urusan utamanya adalah apakah suatu tindakan baik atau buruk, benar atau salah. Superego merepresentasikan hal yang ideal yang real dan mendorong bukan pada kesenangan tetapi pada kesempurnaan. Dominasi energi id yang terjadi dalam diri Afifah disebabkan oleh lemahnya energi ego dan superego, karena pada dasarnya kemunculan perilaku menurut Freud selalu dilatar belakangi oleh id, ego dan superego. Apabila ego dan superego yang dimiliki Afifah tidak kuat maka dalam proses akan selalu dimenangkan oleh id dan perilaku yang muncul akan selalu didominasi oleh tujuan tujuan untuk memperoleh kesenangan, yang merupakan prinsip kerja id.
     Dalam menjalin hubungan dengan teman perempuannya Afifah sangat menikmati dan tanpa rasa bersalah karena rasa bersalah telah dibuangnya, dan menurut Afifah membangun suatu hubungan yang intens dengan teman perempuannya lebih mendapat kepuasan dan kenyamanan batin dan lebih mengetahui titik-titik kepuasan perempuan dan kenikmatan seksual mudah tercapai. Kondisi seperti ini, id mendominasi karena sifat id yang instingtual mengeksternalisasikan diri melalui sebuah prinsip kenikmatan dan kesenangan dan agar tujuan prinsip kesenangan tercapai maka id memproduksi kesenangan yang disebut hasrat seksual. Meskipun ego sebenarnya menyangkal untuk melindungi diri dari kenyataan yang tidak menyenangkan bahwa lawan jenis tidak bisa memberikan kenyaman batin dan tidak bisa berkomitment namun superego tidak bisa menghalangi impuls-impuls dari id dan tidak bisa mendorong ego yang berprinsip realita menjadi prinsip moralistis sehingga ia melanggar aturan yang telah ada di lingkungannya, bahwa seorang perempuan tidak boleh menyukai sesama jenisnya. Rasa malu, bersalah dan tidak percaya diri sebenarnya bukan dibuang tetapi direpresi dalam bawah sadarnya karena id lebih mendominasi dalam tingkah lakunya, membutuhkan rasa nyaman dan dimengerti oleh orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.